Thursday, July 10, 2008

Anak-anak Asuhan Televisi

Photobucket
{Obama menyesal telah membiarkan anaknya sekilas tampil di layar kaca. Via Anderson Cooper 360°.}

Terlepas dari pro dan kontra pendapat orang tentang kabar Obama, penampilan anak-anak memang sanggup mengundang simpati pemirsa. Anak-anak adalah cerminan nyata atau etalage dari kehidupan keluarganya. Jujur saja, biasanya mereka belum banyak bisa dilatih untuk ber-acting di hadapan orang lain.

Orang tua pada umumnya mungkin akan gembira mendapati anaknya tampil di layar kaca. Apalagi kalau karena prestasi anak. Yang justru membuat gemes adalah, mengapa justru anak-anak dibiarkan tampil bukan sebagai pribadinya? Pertanyaan ini muncul saat menyaksikan Idola Cilik di RCTI, dan acara-acara anak lainnya. Antara lain terlihat melalui dandanan yang dikarbit menjadi dewasa, nyanyian yang berkategori 17 tahun ke atas, tingkah dan gaya yang - mungkin anda juga sependapat - tidak lagi seperti anak anak yang polos (walaupun ada juga memang yang tingkah lakunya masih lucu, beberapa). Untuk menyamakan persepsi, saya mengacu kepada tampilan Tasya misalnya, dengan lagu Libur T'lah Tiba. Tampilan ceria, natural, dan lagu yang 'sesuai'.

Mereka yang beruntung tampil, bisa jadi adalah anak-anak biasa yang sebenarnya juga tak berharap bisa 'muncul'. Tapi bagaimana dengan anak-anak yang menyaksikan tayangan anak, dan kemudian cenderung belajar mengadaptasi gaya dan semua yang disiarkan di televisi? Anda setuju 'kan, bagaimanapun, media seperti telvisi memiliki pengaruh yang cukup kuat? Beruntung kalau orang tua masih memedulikan pertumbuhan kepribadian, perkembangan karakter anak dll, dan masih tetap mendampingi anak. Memang, tampil di depan umum juga memupuk rasa percaya diri anak. Tapi kalau tidak, bagaimanakah pengaruh dalam perkembangan mental kepribadian anak? Yang perlu diwaspadai, ada saja orang tua yang (sadar atau tidak sadar) menitipkan keinginan pribadi pada anaknya untuk tampil, menjadi terkenal. Ambisi ini yang kadang bisa jadi bumerang pertumbuhan kepribadian anak yang terpacu (baca: dikarbit).

Seingat saya, masa kanak-kanak tidak datang dua kali. Dan di masa inilah kepribadian anak dibentuk, menjadi suatu pondasi untuk kehidupan di masa dewasa kelak. Kenyataannya banyak orang tua yang sibuk bekerja (bahkan kedua orang tua bekerja). Giliran mbak, suster, atau siapa saja yang bisa dititiplah, yang akan mendampingi tumbuh kembang anak. Lebih parah lagi, uuntuk memudahkan pengawasan, anak diajak untuk menyaksikan siaran televisi. Mungkin berlebihan kalau generasi berikutnya disebut sebagai anak-anak asuhan televisi.

Dampak positif tentu ada, dan tidak dibahas kali ini. Tetapi, apakah anda orang tua, produser acara, penyelenggara siaran televisi, dan siapapun yang berkepentingan dengan masa depan bangsa, sadar akan kemungkinan negatif hal ini? Kalau keuntungan finacial dan popularitas mungkin menjadi pertimbangan utama, saya tidak bisa membayangkan bagaimana gaya hidup generasi selanjutnya.

Bisa saja saya tidak memedulikan hal ini, dan mengganti saluran televisi dengan acara lain. Tapi setidaknya, saya menyuarakan keprihatinan ini untuk menyambut hari anak-anak nasional, pada tanggal 23 Juli nanti.

No comments:

hit tracker
hit tracker